Senin, 28 Maret 2016

TEKS BACAAN SURAT AL-INSYIRAH


SURAH AL-INSYIRAH

“KEIARANGAN”

بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang.
Surah ini berkaitan erat dengan surah sebelumnya, dan sebagian mufasir menganggapnya sebagai sambungan langsung dari Surah al-Dhuha. Bagaimana pun juga, surah ini ditujukan kepada Nabi dan diperluas kepada semua orang yang mengikuti jejak langkah Nabi.
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
1. Bukankah Kami telah melapangkan dadamu untukmu?
Syaraha berarti 'membukakan, menyingkapkan, menjelaskan, menerangkan atau menampakkan,' dan 'melapangkan'. Syaraha juga berarti 'memotong'. Dalam dunia bedah, kata tasyrihberarti pemotongan.
Shadara berarti 'kembali dari pengairan, melanjutkan, memancar, keluar', dan shadr adalah 'dada, payudara atau peti'. Jika seseorang mengatakan ia ingin 'mengambil sesuatu dari dadanya', maka sesuatu ini, tentu saja, bukan obyek fisik. Melainkan, sesuatu yang sudah ia kenakan sendiri pada dirinya, sehingga ia merasa terhimpit atau terbebani, seolah-olah ia tidak bisa lagi bernapas dengan bebas. Dengan melepaskan diri dari beban ini, dengan 'melapangkan' diri, maka yang jauh menjadi dekat dan yang sulit menjadi mudah.
Syarh (uraian terperinci, penjelasan) yang utama adalah berupa pengetahuan, penyaksian langsung bahwa yang ada hanyalah Allah. Itulah syarh yang terakhir; tidak ada apa-apa di luar itu. Tidak ada kelegaan di luar penyaksian langsung.
Meskipun ayat ini ditujukan kepada Nabi, namun ia berlaku kepada semua orang. Beban kebodohan digantikan dengan beban kenabian, tapi beban tersebut menjadi ringan karena berbagai rahasia alam semesta telah diungkapkan kepadanya.
وَوَضَعْنَا عَنكَ وِزْرَكَ
2. Dan mengangkat bebanmu dari (pundak)mu,
Wazara, akar dari wizr (beban, muatan berat), adalah 'memikul atau menanggung (suatu beban)'. Dari kata tersebut muncul kata wazir artinya 'menteri, wakil, konselor', yakni, seseorang yang membantu penguasa atau raja untuk memikul beban negara. Maksud ayat ini adalah bahwa kita dibebaskan dari tanggung jawab apa pun selain daripada sebagai hamba Pencipta kita. Jika kita sungguh-sungguh memahami penghambaan, maka kita tidak lagi terbebani seperti sebelumnya tapi kita malah hanya melaksanakan tanggung jawab dan kewajiban kepada Allah, tanpa menambah beban lagi kepada diri kita.
الَّذِي أَنْقَضَ ظَهْرَكَ
3. Yang telah memberatkan unggungmu?
Lagi-lagi ini merupakan penjelasan metaforis. Ada di antara kita yang nampaknya memikul beban berat, meskipun, sebenarnya, tidak ada beban yang bersifat permanen. Jika kita selalu ingat akan Allah (zikrullah), sadar bahwa pada suatu saat napas kita bisa berhenti, dan bahwa kita akan segera kembali menjadi debu, maka kita pun akan sadar bahwa yang dapat kita lakukan saat ini hanyalah menghamba dan berusaha berbuat sebaik-baiknya. Tidak ada yang harus kita lakukan selain dari itu. Secara tidak sengaja mungkin kita telah mengundang kesulitan di dunia ini, namun kesulitan dunia ini tetap akan datang dan menemukan kita. Jika kita tidak memperdulikan orang fi sabilillah (di jalan Allah), jika kita tidak membantu orang, melayani dan membimbing mereka, maka berbagai kesulitan akan menimpa kita.
وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ
4. Dan meninggikan untukmu sebutan kamu?
Ini berkenaan dengan zikir lahiriah Nabi. Kita tidak bisa melakukan zikir lahiriah yang lebih tinggi dari Nama Allah. Zikir batiniah Nabi merupakan kesadaran beliau yang tak henti-henti, berkesinambungan, dan tidak terputus terhadap Penciptanya. Zikir Nabi terhadap Penciptanya memiliki kedudukan paling tinggi karena di antara ciptaan Allah beliaulah yang paling dekat kepada-Nya.
Ketika Nabi berzikir, zikimya diangkat lebih tinggi sehingga zikir Nabi berada di urutan paling tinggi; kehidupannya sendiri merupakan zikrullah.
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
5. Karena sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan,
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
6. Sesungguhnya bersama setiap kesulitan ada kemudahan.
Dua ayat ini memberikan penjelasan khusus mengenai 'sang' kesulitan, yakni 'bersama kesulitan ada kemudahan', yang menunjukkan bahwa hanya ada satu kesulitan. Ini berarti bahwa pada setiap kesulitan ada dua kemudahan atau solusi. Solusi pertama adalah bahwa kesulitan akan berlalu: ia tidak bisa berlalu dengan sendirinya, tapi akhirnya ia akan berlalu karena lambat laun kita pergi darinya melalui kematian. Solusi kedua adalah bagi pencari sejati; solusinya terletak dalam pengetahuan tentang proses awal terjadinya kesulitan kemudian melihat kesempumaan di dalamnya.
Umpamanya, seseorang bisa saja melakukan kesalahan dengan memasuki areal proyek pembangunan yang berbahaya sehingga kepalanya tertimpa sesuatu. Ia mungkin saja tidak menyadari berbagai faktor yang terkait dengan kecelakaannya, apakah orang lain bermaksud mencelakakannya atau tidak, tapi yang jelas ia akan mengalami musibah itu. Begitu ia mengetahui bagaimana musibah itu terjadi, betapa sempurna kejadiannya! Kepalanya akan terluka, tapi itu pun akan sembuh: itu adalah kemudahan lain. Bersamaan dengan sulitnya merasakan pemisahan muncul pertolongan untuk mengetahui bahwa kita berhubungan.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ
7. Maka jika engkau sudah bebas, tetaplah tabah bekerja keras!
Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita, maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan mencurahkan diri kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'.
وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ
8. Dan jadikanlah Tuhanmu sebagai tujuan [kerinduan] engkau semata!
Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun, menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau tidak kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan diri.

FISIKA IPA ELEKTROMAGNET


ELEKTROMAGNET

Elektromagnet merupakan sejenis magnet yang dibuat dengan cara melilitkan kawat pada suatu logam konduktor seperti besi atau baja, kemudian mengalirinya dengan arus listrik. Elektromagnet disebut juga dengan istilah magnet listrik. Elektromagnetik adalah peristiwa berubahnya besi atau baja yang berada didalam kumparan berarus listrik menjadi sebuah magnet. Elektromagnet dapat dijumpai pada benda-benda/alat-alat elektro, misalnya bel listrik, telepon, telegrap, televisi dan bahkan pada hampir semua alat yang menggunakan energi listrik sebagai pengeraknya.elektromagnetElektromagnet berbeda dengan magnet alam atau magnet yang dibuat secara manual. Magnet alam dan magnet buatan biasanya bersifat permanen dan semi permanen dan memiliki daya tarik menarik khas magnet untuk jangka waktu yang relatif lama. Sedangkan elektromagnet biasanya bersifat sementara atau remanen. Elektromagnet hanya mempunyai daya magnet selama di aliri arus listrik. Begitu arus listrik dimatikan, elektromagnet akan kehilangan daya magnetisnya.
Cara Membuat Magnet

Magnet ada dua jenis yaitu magnet alam dan magnet buatan. Ada berbagai cara untuk membuat magnet, antara lain:
a. dengan cara menggosokkan magnet tetap,
b. dengan aliran arus listrik,
c. dengan induksi (influensi atau imbas).nggosokkan magnet tetap

a. Dengan cara menggosokkan magnet tetap

Benda-benda kecil, misalnya jarum atau paku apabila kita dekatkan dengan sebatang besi atau sebatang baja ternyata benda-benda kecil tersebut tidak dapat ditarik oleh batang besi atau baja.

Hal ini menunjukkan bahwa besi atau baja tidak bersifat sebagai magnet. Besi atau baja dapat dibuat magnet antara lain dengan cara menggosokkan salah satu ujung magnet tetap di sepanjang batang besi, atau baja ke satu arah secara berulang-ulang.
Secara fisika bahwa benda-benda yang bisa dibuat magnet adalah benda atau material yang sudah mempunyai sifat kemagnetan yang terdiri dari domain-domain atau magnet-magnet kecil yang disebut magnet elementer.

Saat terjadi penggosokan dengan arah yang teratur mengakibatkan adanya pengaruh medan magnet dari magnet permanen yang dapat digunakan untuk menyearahkan posisi domain.

Dengan posisi yang searah tentu mengakibatkan adanya gaya yang ditimbulkan oleh domain tersebut sehingga menjadikan benda bermagnet.Gambar: Cara membuat magnet dengan menggosok dengan megnet tetap

MATEMATIKA DERET ARITMATIKA


Deret hitung atau deret aritmatika dalam bidang matematika adalah urutan bilangan di mana bilangan berikutnya merupakan penambahan bilangan sebelumnya dengan suatu bilangan beda tertentu. Contohnya adalah 3,5,7,9,11,13, ..... Deret aritmatika ini dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
a, a+b, a+2b, a+ 3b, ...
Dalam hal ini suku ke-n:
\ a_n = a + (n - 1)b,
Jumlah semua suku:
 S_n=\frac{n}{2}(a + a_n)=\frac{n}{2}[2a + (n-1)b].


Rumus umum[sunting | sunting sumber]

a_n = a+(n-1)b
s_n = \frac{n}{2} [2a+(n-1)b]
b = a_{n}-a_{n-1}
u_t = \frac{a+{a_n}}{2}
n_b = n+(n-1)x
b_b = \frac{b}{x+1}

BAHASA INDONESIA Cara Menulis Naskah Pidato


Cara Menulis Naskah Pidato

Seperti telah dijelaskan pada postingan yang lalu (baca dulu Macam-Macam Pidato dan Contoh Pidato), bahwa pidato dapat dilakukan dengan tanpa menggunakan naskah atau dengan menggunakan kerangka sebagai pedoman atau pegangan, dan atau dengan menggunakan naskah baik dihafal maupun dibacakan. Bila Anda melakukan pidato dengan menggunakan naskah, maka yang pertama kali harus Anda lakukan adalah menyiapkan naskah pidato tersebut.


 
a.    Mengumpulkan Bahan
Setelah Anda meneliti persoalan dan merumuskan tujuan pidato serta menganlisis pendengar, maka Anda sudah siap untuk menggarap naskah pidato. Anda boleh mulai menulis naskah pidato dengan menggunakan hal apa yang telah Anda ketahui mengenai persoalan yang akan Anda bicarakan/sampaikan. Jika hal ini Anda anggap kurang cukup, maka Anda harus mencari bahan-bahan tambahan yang berupa fakta, ilustrasi, cerita atau pokok-pokok yang konkret untuk mengembangkan pidato ini. Tidak ada salahnya Anda bertanya kepada orang/pihak yang mengetahui persoalan yang akan Anda bicarakan. Buku-buku, perturan-peraturan, majalah-majalah, dan surat kabar merupakan sumber informasi yang kaya yang dapat Anda gunakan sebagai bahan dalam rangka menguraikan isi pidato Anda.
b.    Membuat Kerangka Pidato
Kerangka dasar dapat Anda buat sebelum mencari bahan-bahan, yaitu dengan menentukan pokok-pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang terperinci baru dapat Anda buat setelah bahan-bahan selesai Anda kumpulkan. Dengan bahan-bahan itu Anda dapat menyusun pokok-pokok yang paling penting dalam tata urut yang baik, di bawah pokok-pokok utama tadi. Di dalam kerangka ini harus terlihat adanya kesatuan dan koherensi


 
Contoh Kerangka Pidato
Inti dari kerangka pidato adalah: (1) pendahuluan, (2) isi, dan (3) penutup
  1. Pendahuluan: bagian pendahuluan memuat salam pembuka, ucapan terima kasih (bila ada yang diberi ucapan), dan kata pengantar untuk menuju kepada isi pidato;
  2. Isi: bagian ini memuat uraian pokok yang terdiri atas topik atau pokok utama dan sub-subtopik yang memperjelas atau menghubungkan dengan topik utama;
  3. Penutup: bagian penutup memuat kesimpulan, harapan (bila ada), dan salam penutup.
c.    Menguraikan isi pidato
Dengan menggunakan kerangka yang telah Anda buat, ada dua hal yang Anda lakukan: (1) Anda dapat mempergunakan kerangka tersebut untuk berpidato, yaitu berpidato dengan menggunakan metode ekstemporan, dan (2) menulis atau meyusun naskah pidato secara lengkap yang Anda bacakan atau Anda hafalkan.
Bagian-bagian yang terdapat dalam dalam kerangka pidato di atas akan dijelaskan lebih lanjut pada uraian berikut ini.
Butir (1) dan butir(3), yaitu bagian pendahuluan dan bagian penutup tidak memuat inti pembicaraan atau isi pidato, sehingga tidak diuraikan secara terperinci di sini tetapi dapat dilihat langsung pada contoh naskah pidato setelah bahasan ini selesai dibicarakan. Jadi, yang akan diperjelas secara rinci adalah bagian isi pidato
d.    Struktur Isi Pidato
Struktur isi pidato adalah rangkaian isi pidato dari awal hingga akhir. Rangkaian ini disusun agar pidato berlangsung menarik dan tujuan pidato tercapai dengan baik. Ada beberapa cara merangkai isi pidato, antara lain: (1) mengikuti alur dasar pidato, dan (2) mengikuti pola organisasi pidato.
(1) Alur dasar pidato, yaitu rangkaian isi pidato yang mengikuti alur dasar pidato yang bergerak melalui tiga tahap: (a) tahap perhatian, yaitu tahap pertama yang dilakukan pembicara dengan baik; (b) tahap kebutuhan, yaitu tahap yang dilakukan pembicara dalam menjelaskan pentingnya masalah yang akan dibicarakan sehingga pendengar akan berusaha memahami masalah atau hal-hal penting yang disampaikan pembicara. (c) tahap penyajian, yaitu merupakan tahap pembicara menyajikan materi pidato yang telah dipersiapkan melalui naskah kerangka pidato.

 

SBK PENGERTIAN&CONTOH KARYA SEI RUPA 3 DIMENSI


Pengertian Seni Rupa 3 Dimensi

Seni rupa 3 dimensi merupakan karya seni yang dibatasi tidak hanya dengan sisi panjang dan lebar, tetapi juga dibatasi oleh kedalaman. Atau dalam bahasa sederhananya yaitu karya seni yang memiliki ruang. Unsur ruang inilah yang menjadi pembeda antarakarya seni rupa 2 dimensi dengan karya seni rupa 3 dimensi.

Jenis Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Dilihat dari fungsi tujuan pembuatannya, karya seni rupa 3 dimensi dibagi menjadi 2. Pertama seni rupa murni dan yang kedua seni rupa terapan.

Simbol dalam Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Dalam memelajari seni rupa, simbol dijelaskan sebagai makna yang terkandung di karya seni rupa, entah itu wujud objek atau pun unsur rupanya. Contohnya warna merah merupakan simbol keberanian. Untuk simbol kegagahan dibuatkanlah patung kuda.
Dalam seni rupa, simbol bisa kita jumpai di karya seni rupa 2 dimensi maupun 3 dimensi. Misal patung, monumen, dan tugu merupakan karya seni rupa 3 dimensi yang memiliki makna dan simbol tertentu. Sejak zaman dahulu orang-orang sudah terbiasa untuk membuat patung, monumen, dan tugu untuk melambangkan sesuatu.



pkn globalisasi

Pengertian Globalisasi Menurut Definisi Para Ahli - Pengertian globalisasi menurut definisi Achmad Suparman yang mengatakan bahwa pengertian globalisasi adalah suatu proses yang menjadikan sesuatu benda atau perilaku sebagai ciri dari setiap individu di dunia tanpa dibatasi oleh wilayah. Pengertian Globalisasi menurut definisiAnthony Giddens mengatakan bahwa globalisasi adalah intensifikasi hubungan sosial secara mendunia sehingga menghubungkan antara kejadian yang terjadi dilokasi yang satu dengan yang lainnya serta menyebabkan terjadinya perubahan pada keduanya. Menurut definisi Selo Soemardjan, Pengertian globalisasi adalah sebuah proses terbentuknya sistem organisasi dan komunikasi antar masyarakat di seluruh dunia untuk mengikuti sistem dan kaidah-kaidah tertentu yang sama. Pengertian Globalisasi menurut Laurence E. Rothernberg adalah percepatan dari intensifikasi interaksi dan integrasi antara orang-orang, perusahaan dan pemerintah dari negara yang berbeda. Pengertian Globalisasi menurut definisi Emanuel Ritcher mengatakan bahwa pengertian globalisasi adalah suatu jaringan kerja global yang mempersatukan masyarakat secara bersamaan yang sebelumnya tersebar menjadi terisolasi kedalam saling ketergantungan dan persatuan dunia. Pengertian Globalisasi menurut definisi Martin Albrow adalah seluruh proses penduduk yang terhubung ke dalam komunitas dunia tunggal, komunitas global. 

pakeman basa BAHASA SUNDA


PAKEMAN BASA




Pakeman Basa disebut ogé Idiom, asalna tina bahasa Yunani Idios,  anu ngandung harti “ has, mandiri, husus, pribadi”. Dina basa sunda Pakeman basa nyaéta wangun basa anu husus tur mandiri sarta ngandung harti anu dikandungna teu bisa dihartikeun sajalantrahna nururtkeun harti tata basa. Atawa pekeman basa, nyaéta pok-pokan maneuh anu ngandung harti siloka, henteu sacéréwéléna. Éta omongan dilarapkeun ka jelema, ngan kecap-kecapna henteu dicokot tina ngaran babagian awak atawa paripolah/pasipatan jelema baé, tapi aya tina ngaran barang salian ti jelema, saperti ngaran sasatoan atawa tatangkalan anu diwangun omongan geusan ngedalkeun kereteg haté atawa pikiran ka nu lian. Harti anu kapanggih dina pakeman basa atawa idiom disebut harti idiomatik.
Anu kaasup kana pakeman basa dina basa sunda nyaéta :
1.      Paribasa
2.      Babasan
3.      Cacandraan
4.      Uga
5.      Rakitan lantip
6.      Caturangga
7.      Candrasangkala
8.      Repok
Dina pangajaran ayeuna urang bakal pedar ngeunaan paribasa, babasan, cacandraan, kila – kila, jeung  kapamalian.
1.    Paribasa
Nyaéta babandingan anu jadi perlambang lakuning hirup, ngawangun omongan (runtuyan kalimah) anu geus puguh eunteup seureuhna (sistematika), geus puguh surupanana, geus tangtu pok-pokanna.
Ciri – ciri paribasa:
a.       Paribasa sifatna ngabandingkeun, ngupamakeun, jeung mapandékeun.
b.      Paribasa téh omongan anu hartina lain harti sajalantrahna.
c.       Paribasa mangrupa kalimah anu teleb sarta anteb kana haté nu diajak nyarita.
d.      Paribasa henteu bisa dirobah, dikurangan, dileuwihan, sarta dilemeskeun kekecapanana, sabab geus mangrupa wangun basa anu geus matok (pakeman).
Ditilik tina maksud anu dikandungna, paribasa téh bisa dipasing – pasing jadi tilu golongan nyaéta :
a.         Paribasa wawaran luang
Eusina ngébréhkeun pangalaman anu geus lumrah di masyarakat, sarta mangrupa bahan babandingan pikeun laku lampah urang.
Contohna :
1)      Uyah mah tara téés kaluhur, hartina tabiat/sifat nu jadi anak tara jauh béda jeung tabiat/sifat kolotna.
2)      Uncal tara ridueun ku tanduk,  hartina boga élmu pangaweruh mah moal hésé mamawa.
3)      Wiwirang dikolongcatang nya gedv nya panjang,  hartina ngalaman hiji kajadian anu matak pikaéraeun.
4)      Buruk – buruk papan jati, hartina sagoréng – goréngna dulur sorangan, moal téga nganteupkeun mun aya karerepet atawa menang papait.
5)      Hadé ku omong goréng ku omong,  hartina dina nyanghareupan masalah, rék hadé rék goréng, kudu dibadamikeun.
6)      Umur gagadihan, banda sasampiran hartina: umur jeung harta banda hakékatna milik Allah Swt.
7)      Ungguh baléwatangan hartina: di bawa ka pangadilan
8)      Buburuh nyatu diupah béas, hartina: meunang dua kauntungan sakaligus, saperti nu sakola meunang béa siswa.
9)      Anu burung diangklungan, anu gélo didogdogan, anu édan dikendangan hartina: anu gedebul dihaminan, ngarah tambah maceuh.
10)  Ari umur tunggang gunung, angen-angen pecat sawed (najan umur geus kolot, kahayang kawas nu ngora)
11)  Bihari ngalingling pasir, ayeuna ngalanglang pasar (jaman geus robah, jalma ogé loba nu ganti pacabakan, atawa robah-robah tingkah lakuna)
12)  Cécéndét mandé kiara, cileuncang (cileungcang) mandé sagara (nu miskin hayang nyaruaan nu beunghar.
b.        Paribasa panyaram lampah salah
Eusina panyaram sangkan ulah migawé pagawvan anu matak rugi, boh keur diri sorangan boh keur batur.
Contohna :
1)      Ulah unggut kalinduan, ulah gedag kaanginan, hartina: ulah sieun, kudu gedé kawani
2)      Ulah koméok saméméh dipacok, hartina: ulah waka ngomong teu sanggup/teu bisa saméméh dicoba.
3)      Ulah incah balilahan, hartina: ulah rék ninggalkeun tapi kudu tetep satia
4)      Ulah nyeungceurikan upih ragrag, hartina: ulah popoyok ka jalma nu geus kolot sabab urang gé bakal ngalaman.
5)      Ulah cara ka kembang malati kudu cara ka picung,  hartina: ulah babari bosenan, tapi kudu satia salilana.
6)      Cul dog tinggal igel,  hartina: ninggalkeun gawé baku, terus milampah pagawéan nu taya hartina.
7)      Mareubutkeun balung tanpa eusi,  hartina: marebutkeun perkara anu papada can jelas.
8)      Pagiri – giri calik pagirang – girang tampian, hartina: teu sauyunan, papada hayang menang sorangan, papada hayang leuwih., jsb.
c.         Paribasa pangjurung laku hadé
Eusina pikeun pangjururng milampah pagawéan anu hadé.
1)        Carincing pageuh kancing, saringset pageuh iket (taki-taki ngajaga kaamanan, mageuhan tulak jeung sajabana, bisi aya bancang pakéwuh)
2)        Kudu bisa ngeureut neundeun/pakéan, hartina: kudu bisa nagjeujeuhkeun rejeki, kudu sina mahi.
3)        Kudu boga pikir rangkeupan, hartina: ulah sabrongbrong, kudu aya rasa curiga.
4)        Kudu hadé gogod hadé tagog, hartina: hadé basa jeung hadé tingkah lakuna.
5)        Kudu nepi méméh indit, hartina : kudu direncanakan kalawan asak.
6)        Kudu bisa kabula kabalé,  hartina: kudu bisa mawa awak.
7)        Bibilintik ti leuleutik babanda ti bubudak, geus gedé ngan kari maké,  hartina: kudu gemi jeung daék babanda ti leuleutik ngarah dimana geus kolot teu loba kakurang.
8)        Élmu tungtut dunya siar,sukan – sukan sakadarna,  hartina: téangan élmu jeung harta banda keur pibeukeuleun,  sarta kudu hirup basajan. Jst...

2.    Babasan
Bédana jeung paribasa, babasan mah winangun frasa atawa kecap kantétan anu susunana geus matok sarta ngandung harti injeuman.
Ciri –cirina:
1.        Babasan mangrupa babandingan ngeunaan kaayaan, pasipatan, pariplah, sarta nasib jelema jeung sabudeureunana.
2.        Babasan mangrupa frasa atawa kecap kantétan anu ngandung harti injeuman, lain hari sabenerna.
3.        Babasaan heunteu bisa dirobah, dikurangan, dileuwihan, atawa dilemeskeun.
Papasingan babasan diantaranga waé:
a.    Anu dipaké babandingan sasatoan
Contona:
1)      Beuteung anjingeun,  hartina beuteung jalma anu leutik, dipapandékeun kana beuteung anjing
2)      Hulu peutieun, hartina: leutik sirah, heunteu sabanding jeung awakna, dipapandekeun kana peuti nya éta kutu munding, anu huluna leutik.
3)      Kokolot begog, hartina: budak nu sok pipilueun kana urusan kolot atawa omonganna kawas kolot, dipapandékeun ka anak monyét (begog = anak monyét nu keur meujeuhna bangor)
b.        Anu dipaké babandingan tatangkalan jeung bungbuahan
Contona:
1)      Kawas beubeulahan terong,  hartina: sakarupa pisan siga nu kembar
2)      Pucuk awian, hartina: teu panceg pamadeganana, dipapandékeun kana pucuk awi anu luak léok  katebak angin.
3)      Héjo carulang, hartina: dilarapkeun kana kulit jelema anu konéng semu héjo, dipapandékeun kana jukut carulang anu daunna héjo ngémploh semu konéng.
4)      Siga cai dina daun taleus,  hartina:teu panceg pamadeganana
c.         Anu dipaké babandingan barang
Contona:
1)      Gurat batu,  hartina: kukuh, teu babari ngarobah omongan anu geus diucapkeun, dipapandekeun kana urat – urat dina batu, sabalikna tina gurat cai.
2)      Sari gunung, hartina: dilarapkeun ka awéwé anu katingali geulis ti kajauhan tapi ari ti kadeukeutan mah teu sabaraha geulisna, dipapandekeun kana gunung anu katénjo éndah ti kajauhan padahal rembet ku kakayon.
3)      Kawas pérah bedog rautaneun,  hartina: dilarapkeun ka jalma anu goréng patut pisan, dipapandékeun kana pérah bedog anu can jadi.
d.        Anu dipaké babandingan awak
Contona:
1)      Gedé hulu,  hartina: sombong, adigung
2)      Béngkok tikoro, hartina: teu kabagéan kadaharan istiméwa lantaran béakeun atawa telat datangna.
3)      Panjang leungeun,  harttina: daék cocokot, jalma tukang ceceremed.
4)      Bujur aseupan, hartina: jalma nu teu daék cicing diukna, pindah – pindah waé.
5)      Beurat birit, hartina: jalma nu hésée dititah
6)      Hampang birit,  hartina: jalma nu daékan di titah.
7)      Amis daging, hartina: jalma nu sok babari borokan
8)      Amis budi, hartina: jalma nu soméah.
9)      Buntut kasiran, hartina: korét
10)  Kolot sapeuting, hartina kolot euweuh kanyaho
11)  dulang tinandéa, hartina: awéwé mah kumaha lalaki
12)  kawas aul , hartina: ciciduh atawa sok cumiduh
13)  dibeuweung diutahkeun , hartina:dipikir dibulak-balik sangkan keuna kanu dimaksud.
14)  nyalindung ka gelung, hartina: ngandelkeun usaha pamajikan
15)  ngadu angklung , hartina: paréa-réa omong nu taya gunana
e.         Anu dipaké babandingan jelema atawa tokoh kasohor
1)      Kawas rama jeung sinta, hartina: pasangan anu kasép jeung geulis, dipapandékeun kana tokoh wayang Ramayana.
2)      Kawas dongéng si boséték,hartina gunta – ganti aturan tapi taya parobahanana, dipapandékeun kana dongéng anu tokohna si Boséték, jalma anu loba aturan tapi taya kamajuan.  
3)   Mangrupa kecap kantétan anu murwakanti
1)      Awét rajét, dilarapkeun ka nu laki rabi, lana tapi réa pacéngkadana.
2)      Pinter kabalinger, hartina: ongkoh cenah pinter tapi beunang katipu ku batur atawa nyieun aturan anu tgeu bener.
3)      Jelema cepet bener, dilarapkeun ka jalma anu jujur, bener, tara linyok bohong.
3. Cacandraan
Nyaeta  caritaan karuhun nu ngagambarkeun kaayaan nagara jaga atawa dina jaman anu kasorang  (panataan kana pasipatan tempat anu dibalibirkeun).
Contona:
1)      Bandung heurin ku tangtung
2)      Sukapura ngadaun ngora
3)      Sumedang ngarangrangan
4)      Cianjur katalanjuran
5)      Galunggung ngadeg tumenggung
6)      Pangandaran andar – andaran
7)      Wanayasa macangkrama
8)      Banagara sor katengah
Cacandraan béda jeung jujulukan kota, misalna:
1.      Bandung kota kembang
2.      Bogor kota hujan
3.      Cirebon kota udang
4.      Karawang kota lumbung padi, jsb.
4.        Uga
Kecap uga katelah hiji omongan anu eusina mangrupa ramalan yén dina hiji waktu bakal aya kajadian boh nu pikagumbiraeun boh nu pikasusaheun.
1)      jaga mah barudak, sajajalan disaungan, nya buktina aya karéta api.
2)      Gancang carita béja, mun geus aya balabar kawat, nya buktina aya telegram.
3)      Jaga mah, barudak, batu turun keusik naék, nya buktina aya anak somah naék pangkat, anak ménak teu naék pangkat.
4)      Jaga mah, barudak, nganteuran ka nu di gawé mawa kéjo dina iteuk, nandakeun angker gawé nya buktina aya nu dagang di pagawéan.
5.        Kapamalian
Kecap pamali sok dihartikeun larangan karuhun atawa larangan sepuh urang anu maksudna teu menang ngalakukeun hiji pagawéan lantaran sok aya matakna.
Contona:
1)      Ulah nambulan uyah, pamali bisi potong peujit
2)      Ulah cicing dina lawang panto, pamali bisi hésé menang jodo
3)      Ulah maké baju bari leumpang, pamali bisi tgeu kalaksanakeun cita – cita
4)      Ulah sapaké jeung koloy, bisi hapa hui
5)      Ulah mandi pabeubeurang, bisi téréh péot
6)      Ulah lila teuing cicing dikamar mandi, pamali bisi gancang kolot
7)      Ulah dipapayung dijero imah, pamali bisi di datangan maung jsb
6.        Kila – kila
Kila – kila nyaéta totondén (tanda – tanda) alam kana naon – naon anu bakal kajadian.
Contona:
1)      Lamun aya kukupu hiber ditengah imah, tandana rék aya tamu
2)      Lamun ngimpi néwak lauk, tandana rék menang duit
3)      Lamun kekenudan panon kenca, tandana rék manggih kasedih
4)      Lamun kekenudan panon katuhu, tandana rék manggih kabagjaan
5)      Lamun murag bulu mata, tandana aya nu sono ka urang
6)      Lamun panas ceuli, tandana aya anu ngomongkeun
7)      Lamun aya sora manuk sit uncuing, tandana bakal aya nu maot
8)      Lamun aya sora manuk bebencé, tandana aya bangsat keur kukulampangan néangan palingeun
9)      Lamun aya sora hayam kongkorongok tengah peuting, tandana aya parawan hamil tiheula
10)  Lamun aya sora toké, tandana bakal aya rejeki
11)  Lamun aya sora soang tipeuting, tandana bakal aya jurig
12)  Lamun dijalan kacegat ucing, tandana bakal manggih kasial
13)  Lamun dampal leungeun karasa ateul, tandana bakal nampa duit
14)  Lamun aya cakcak bodas, tandana aya jalma nu ngadengekeun omongan urang
15)  Lamun aya cakcak ragrag tandana aya jurig